Diplonconya saya habis-habisan.
Kebetulan dia yang jadi pengawasnya.
Terlambat sepuluh menit!" katanya dingin.
Nomor test itu tetap di tangannya.
Susah sekali ia keluarkan padahal saya merengek- rengek Oke, kamu boleh ikut test" omongnya hampir membuat saya terlonjak.
Rupanya ia cukup maklum dengan alasan saya yang masuk akal.
Saya kerja malam dan pulang larut sekali sehingga bangun saya kesiangan Nafasnya panas menghembus di wajah saya Bukannya menolak.
saya justeru mem balasnya.
Lama saya tenggelam dalam ke- asyikan semua yang Ronald lakukan.
Terpe daya oleh kenikmatan semu.
Saya seperti orang yang haus rasa.
Makin terbuai oleh susuran bibir panas Ronald yang gerilyanya kemana-mana.
Apapun bisa terjadi ketika setan menemani kami yang sedang terlena, lupa akan segala.
Dengus nafas saya dan nafas Ronald sudah tak karuan terdorong gairah yang semakin meninggi.
Ronald makin merapatkan tubuhnya sehingga saya merasa terhimpit dan sesak.
Jalan nafas saya seakan tertutup rapat oleh sumpalan bibir Ronald yang kalap.
Gairah sudah naik ke ubun-ubun dan saya merasa acak-acakan ketika setitik setitik saja kesadaran yang kebetulan hinggap di batok kepala untuk menyudahi kegilaan ini.
Sekuat tenaga saya dorong tubuh Ronald dari atas tubuh Saya.
Mata kuyu dan semu meralh itu menatap saya.
Lalu telungkup meremas rambut dan kepalanya.
Saya berdiri cepat, beringsut menuju pintu.
Nald, pulang" perintah saya keras dan di tambah kepala yang makin nyut-nyutan Lantas saya buka lebar-lebar.
parau.
Sisa-sisa nafas masih belum beraturan misteri apa yang melatar belakangi semua ini.
Dan buat apa mereka tahu? Cukup untuk diri sendiri saja.
Cukup saya yang mengerti siapa dan bagaimana saya.
Betul khan? Saya ini seenaknya? Seperti malam ini, Ronald dengan cengar cengir, datang ke kostsan saya.
Muka jelek- nya nongol saat saya baru selesai mandi.
"Lo tahu tragedi siang tadi Nald?" tanya saya ketika Ronald sudah duduk di satu-satu- nya kursi penghuni kamar saya.
"Lo diganyang Trishia? Gue lihat dari ke- jauhan." Jawabnya santai.
Eh, si Ronald malah cengengesan, jelek sekali.
Apa gue mesti panggil satpam? Atau lapor ke kantoe polisi melihat perkelahian konyol bin tolol itu he?" Ya, samperin kek! Gimana kalo terjadi pembunuhan coba? Gue akan mati sia-sia padahal gue belon kawin.
Sebab si Trishia itu seperti kepingin ngisep darah gue! "Emang Tris vamfire?" si Ronald asli nga- kak.
Saya ikutan juga.
Ya, dari pada puyeng mikirin kejadian siang tadi.
Lagian, sebe narnya sekejap tadipun sudah hilang dari ingatan saya.
Berlalu begitu saja tanpa men inggalkan bekas apa-apa.
Tidak juga ada rasa Saya nyengir, baru ngerti persoalan.
Rupanya gara-gara cowok jelalatan itu yang membuatnya kalap menyerang gue Soal itu Tris, ngobrol dari tadi.
Kebetulan dia yang jadi pengawasnya.
Terlambat sepuluh menit!" katanya dingin.
Nomor test itu tetap di tangannya.
Susah sekali ia keluarkan padahal saya merengek- rengek Oke, kamu boleh ikut test" omongnya hampir membuat saya terlonjak.
Rupanya ia cukup maklum dengan alasan saya yang masuk akal.
Saya kerja malam dan pulang larut sekali sehingga bangun saya kesiangan Nafasnya panas menghembus di wajah saya Bukannya menolak.
saya justeru mem balasnya.
Lama saya tenggelam dalam ke- asyikan semua yang Ronald lakukan.
Terpe daya oleh kenikmatan semu.
Saya seperti orang yang haus rasa.
Makin terbuai oleh susuran bibir panas Ronald yang gerilyanya kemana-mana.
Apapun bisa terjadi ketika setan menemani kami yang sedang terlena, lupa akan segala.
Dengus nafas saya dan nafas Ronald sudah tak karuan terdorong gairah yang semakin meninggi.
Ronald makin merapatkan tubuhnya sehingga saya merasa terhimpit dan sesak.
Jalan nafas saya seakan tertutup rapat oleh sumpalan bibir Ronald yang kalap.
Gairah sudah naik ke ubun-ubun dan saya merasa acak-acakan ketika setitik setitik saja kesadaran yang kebetulan hinggap di batok kepala untuk menyudahi kegilaan ini.
Sekuat tenaga saya dorong tubuh Ronald dari atas tubuh Saya.
Cowok itu menggelosot dengan lemas
Cowok itu menggelosot dengan lemas.Mata kuyu dan semu meralh itu menatap saya.
Lalu telungkup meremas rambut dan kepalanya.
Saya berdiri cepat, beringsut menuju pintu.
Nald, pulang" perintah saya keras dan di tambah kepala yang makin nyut-nyutan Lantas saya buka lebar-lebar.
parau.
Sisa-sisa nafas masih belum beraturan misteri apa yang melatar belakangi semua ini.
Dan buat apa mereka tahu? Cukup untuk diri sendiri saja.
Cukup saya yang mengerti siapa dan bagaimana saya.
Betul khan? Saya ini seenaknya? Seperti malam ini, Ronald dengan cengar cengir, datang ke kostsan saya.
Muka jelek- nya nongol saat saya baru selesai mandi.
"Lo tahu tragedi siang tadi Nald?" tanya saya ketika Ronald sudah duduk di satu-satu- nya kursi penghuni kamar saya.
"Lo diganyang Trishia? Gue lihat dari ke- jauhan." Jawabnya santai.
"Lo diganyang Trishia? Gue lihat dari ke- jauhan." Jawabnya santai
Mata saya melotot galak Sableng! Kalo lo lihat kenapa lo diam saja?" sungut saya sebal.Eh, si Ronald malah cengengesan, jelek sekali.
Apa gue mesti panggil satpam? Atau lapor ke kantoe polisi melihat perkelahian konyol bin tolol itu he?" Ya, samperin kek! Gimana kalo terjadi pembunuhan coba? Gue akan mati sia-sia padahal gue belon kawin.
Sebab si Trishia itu seperti kepingin ngisep darah gue! "Emang Tris vamfire?" si Ronald asli nga- kak.
Saya ikutan juga.
Ya, dari pada puyeng mikirin kejadian siang tadi.
Lagian, sebe narnya sekejap tadipun sudah hilang dari ingatan saya.
Berlalu begitu saja tanpa men inggalkan bekas apa-apa.
Tidak juga ada rasa Saya nyengir, baru ngerti persoalan.
Rupanya gara-gara cowok jelalatan itu yang membuatnya kalap menyerang gue Soal itu Tris, ngobrol dari tadi.
Comments
Post a Comment